Sejarah & Budaya
Nama Desa Reco diambil dari sebuah Dusun, dimana Reco sendiri artinya arca/patung karna di Dusun Reco itu sendiri dulunya banyak arca/patung peninggalan kerajaan Mataram. Desa Reco terbagi menjadi 6 dusun yaitu:
- Dusun Anggrunggondok
- Dusun Banyuurip
- Dusun Purwosari
- Dusun Gajihan
- Dusun Reco
- Dusun Yososari
Karna Kepala Desa Reco yang pertama itu berdomisili di Dusun Reco sehingga di namakan Desa Reco.
-
Desa Reco sudah dikenal sebagai penghasil tembakau sejak masa penjajahan Belanda.
- Selain tembakau, teh dan kopi juga pernah menjadi komoditas sejak jaman penjajahan Belanda. Terbukti dengan adanya bekas kebun teh yang berada di daerah Reco yang sampai saat ini di namakan oleh masyarakat dengan sebutan Patehan.
-
Masih ada bangunan-bangunan tua peninggalan jaman Mataram yang berupa arca-arca yang sampai saat ini masih di lestarikan oleh masyarakat di Dusun Reco
-
Dalam hal budaya, di Desa Reco terdapat ritual “Wiwit Methik Sata”, yaitu ritual panen tembakau di dusun Anggrunggondok. Ritual ini menunjukkan kekayaan tradisi masyarakat yang terkait erat dengan pola hidup pertanian dan nilai-nilai lokal.
-
Desa ini juga mempunyai tradisi keberagaman agama yang cukup kuat: terdapat banyak tempat ibadah seperti masjid, geraja dan komunitas Hindu, dan juga terdapat Pura (Purwa Sangga Buana di dusun Purwosari) yang dulunya dipimpin oleh seorang pemuka Hindu lokal bernama Mbah Trisno Dwijo.